Jl. Raya Cangkiran-Gunungpati, Kota Semarang 50216 +62 856-0150-5818

Tanda – tanda Hari Qiyamat dan Balasan Atas Kebaikan dan Keburukan

2. wa akhrajatil-arḍu aṡqālahā

“ Dan bumi telah mengeluarkan beban – beban berat ( yang ) dikandungnya”.

وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ mendatangkan isim dhohir di tempat isim dhomir adalah untuk memperkuat pernyataan ( لِزِيَادَةِ التَقْرِيْرِ ). (اَثْقَالَهَا) قَوْلُهُ adalah jamak dari isim mufrod ثِقْلٌ (بِالْكَسْرِ ) yang artinya beban seperti اَحْمَالٌ –حِمْلٌ.

Mujahid berkata : اَثْقَالَهَا ( beban – beban berat yang di kandungnya ) adalah orang – orang mati yang ada didalamnya. Abu Ubaidah dan Al Akhfasy berkata : “ Apabila mayat berada didalam bumi, maka ini disebut beban berat yang dikandungnya dan apabila berada diatasnya, maka disebut beban berat yang diatasnya”. Ada yang mengatakan اَثْقَالَهَا adalah كُنُوْزُهَا ( harta – harta yang tersimpan didalamnya ).

Bumi mengeluarkan segala apa yang ada didalam perutnya berupa orang – orang mati dan benda – benda yang terkubur didalamnya. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada didalamnya dan menjadi kosong “ ( QS. Al Insyiqaq : 3 – 4 ).

Imam Muslim dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata;” Rosulullah SAW bersabda :” Bumi akan memuntahkan isinya seperti emas dan perak, pembunuh akan datang dan berkata ,” demi ini aku membunuh”. Orang yang memutus silaturrahim berkata,” demi ini aku memutus tali silaturrahim”. Pencuri berkata,” karena ini tanganku dipotong”. Lantas mereka meninggalkan itu ( emas dan perak ) dan tidak mengambilnya sedikitpun. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas dan Mujahid bahwa jasad orang – orang yang telah mati ( اَمْوَاتُهَا ) akan keluar dari bumi dalam keadaan hidup kembali, seperti dilahirkan dari seorang ibu pada tiupan sangkakala yang kedua ( فِى النَّفْخَةِ الْثَّانِيَّةِ ).

3. wa qālal-insānu mā lahā

“Dan manusia bertanya :” Mengapa bumi ( menjadi begini )?”

 Kata الْاِنْسَانُ adalah isim jinis yang bersifat umum yang meliputi orang mu`min dan orang yang tidak beriman. مَا لَهَا adalah mubtada` dan khobar, dan menyimpan makna ketakjuban.

Makna ayat : Setiap individu dari manusia baik yang beriman maupun tidak beriman mengatakan, mengapa bumi bergoncang begini?”karena begitu mengejutkan dan mengerikan.

4. yauma`iżin tuḥaddiṡu akhbārahā

   “ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya”.

Lafadz يَوْمَىِٕذٍ dinasabkan oleh اِذَا زُلْزِلَتِ, dan tanwin yang ada adalah tanwin عِوَضٌ ( pengganti ) dari tiga jumlah yang berada setelah lafadz اِذَا.  Lafadz تُحَدِّثُ adalah jawab dari اِذَا dan ia adalah fi`il muta`adi dua maf`ul, maf`ul yang pertama makhduf ( dibuang ) dan maf`ul yang kedua adalah lafadz اَخْبَارَهَا. At Taqdir : تُحَدِّثُ النَّاسَ اَخْبَارَهَا.

Makna ayat : Pada waktu goncangan yang sangat dahsyat tersebut terjadi, bumi memberi tahu kondisinya, berbicara tentang perbuatan yang telah dikerjakan diatasnya, baik dan buruk.

Allah SWT membuat bumi dapat berbicara agar dia bersaksi atas hamba – hambanya.

( قَالَ ابْنُ عَبَاسٍ فِى الْاَيَةِ قَالَ لَهَا رَبُّهَا، قُوْلِى فَقَالَتْ) .

Ibnu Abbas berkomentar tentang ayat ini, Allah berfirman kepada bumi,” Berkatalah ”, maka bumi berbicara. Allah SWT berfirman :” ia patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh”. ( QS. Al Insyiqaq : 5 ).

Imam Ahmad, Tirmidzi dan Nasa`i meriwayatkan dari Abi Hurairah, dia berkata :

 قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلى الله عليه وسلم: ( يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَا)  قال: «أَتَدْرُوْنَ مَا أَخْبَارَهَا»؟ قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قال: «فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أُمَّةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا، اَنْ تَقُولَ: عَمِلَ كَذَا وَكَذَا  يَوْمَ كَذَا وَكَذَا، فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا

“Rasulullah SAW membaca ayat, pada hari itu bumi menyampaikan beritanya, Beliau bertanya, “ Tahukah kalian apa itu beritanya ? para shohabat menjawab,” Allah dan Rasulnya yang mengetahuinya”.

Beliau bersabda :” Sesungguhnya beritanya adalah ia ( bumi ) akan bersaksi atas setiap hamba dan umat tentang apa yang telah ia perbuat di atas bumi. Bumi tersebut akan berbicara,” dia melakukan ini dan itu pada hari ini dan itu, inilah beritanya tersebut”.

5. bi`anna rabbaka auḥā lahā

“Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan ( hal itu ) kepadanya”

Huruf ba` disini adalah ba` sababiyah yang berta`aluk (berhubungan) kepada lafadz تُحَدِّثُ ( menceritakan ). ( قَوْلُهُ  (اَوْحٰى لَهَا maksudnya adalah : mengizinkan dan memerintahkannya ( أَذِنَ لَهَاوَاَمَرَهَا) atau memberinya ilham ( أَلْهَمَهَا ).

Maqsud ayat : Bumi akan berbicara untuk bersaksi atas hamba – hamba-Nya dengan izin dan perintah dari Allah SWT.

6. yauma`iżiy yaṣdurun-nāsu asytātal liyurau a’mālahum

“ Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok – kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka ( balasan ) semua perbuatannya”

(يَوْمَىِٕذٍ ) قَوْلُهُ  adalah badal ( pengganti ) dari  يَوْمَىِٕذٍ  sebelumnya, dan kata يَوْمَ dinasabkan oleh يَصْدُرُ اَىْ اِذْمَايَقَعُ اِذَاذُكِرَ (  pada hari ketika hal itu terjadi ) dan kata اَشْتَاتًا adalah jama` dari isim mufrod شَتِيْتٌ yang menjadi khal ( حَال ) dari النَّاسُ artinya berkelompok – kelompok. ( لِيُرَوْا اَعْمَالَهُمْ ) قَوْلُهُ adalah berta`aluk dengan يَصْدُرُ ( keluar ).

Makna ayat : Pada hari itu manusia keluar dari tempat hisab secara berkelompok – kelompok dan terpisah, ada yang ke sebelah kanan ( عَنِ الْيَمِيْنِ ) dan ada yang kesebelah kiri ( عَنِ الشِّمَالِ ) untuk diperlihatkan kepada mereka semua balasan amal perbuatannya, orang yang berbuat baik (اَلْمُحْسِنُ) sewaktu didunia dan taat kepada Allah, diperlihatkan kepadanya pahala dan kemuliyaan yang disediakan Allah baginya sebagai balasan atas ketaatannya sewaktu di dunia.

Sementara orang – orang yang berbuat buruk dan bermaksiat kepada Allah SWT ( اَلْمُسِئُ الْعَاصِى ) diperlihatkan kepadanya amal perbuatan dan balasannya, serta apa yang disediakan oleh Allah SWT untuknya yang berupa kehinaan dan kenistaan didalam Jahannam, sebagai balasan atas kemaksiatan dan kekufuran terhadap Allah sewaktu didunia. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda :

مَامِنْ اَحَدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا وَيَلُوْمُ نَفْسَهُ، فَاِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَيَقُوْلُ :لِمَ لاَاذْدَدْتُ إِحْسَانًا ؟ وَاِنْ كَانَ غَيْرَ ذٰلِكَ يَقُوْلُ: لِمَ لاَ نَزَعْتُ عَنِ الْمَعَاصِ,

“ Tidak ada seseorang pada hari kiamat melainkan dia akan mencela dirinya sendiri. Jika ia termasuk orang yang baik, maka dia akan berkata :” mengapa aku tidak menambah kebaikan”, dan jika dia bukan orang baik, maka dia akan berkata : “mengapa aku tidak berhenti dari maksiat”.

7. fa may ya’mal miṡqāla żarratin khairay yarah, 8) wa may ya’mal miṡqāla żarratin syarray yarah

“ Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”

Ayat ini disebut oleh Rosulullah SAW sebagai Al-Faadzah Aljaami`ah (الْفَاذَّةَ الْجَامِعَةَ), yaitu satu – satunya ayat yang memiliki makna dengan cakupan yang luas ( komprehensif ). Ketika beliau ditanya tentang persoalan zakat keledai, Beliau menjawab sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim : …  مَا أَنْزَلَ اللهُ فِيْهَا شَيْئًا إِلَّا هٰذِهِ الْاَيَةَ الْفَاذَّةَ الْجَامِعَةَ، فَمَنْ يَّعْمَلْ الخ, ” Allah SWT tidak menurunkan hal itu melainkan ayat yang komprehensif ini, maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat ( balasan )nya dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarroh , niscaya dia akan melihat (balasan)nya”.

Ka`ab bin Akhbar berkata : “ Allah SWT telah menurunkan dua ayat kepada Nabi Muhammad SAW yang mencakup isi Taurat, Injil, Zabur, dan Shuhuf ( lembaran – lembaran suci ). Para Ulama telah sepakat atas keumuman ayat ini bagi orang yang beriman dan yang tidak beriman. Ibnu Mas`ud mengomentari ayat ini : اَحْكَمُ اَيَةٍ فِى الْقُرْاَنِ ( ayat yang paling jelas ).

Huruf مَنْ yang berada di dua tempat tersebut adalah huruf syarat ditempat rafa`. Kata ذَرَّة ( dzarrah ), menurut sebagian pakar Bahasa Arab menyebutkan :” bila seseorang menepukkan tangannya ke tanah, debu yang menempel pada tangannya maka itulah dzarrah”, demikian ini seperti yang dikatakan Ibnu Abbas, “ jika engkau meletakkan tanganmu di atas tanah lalu engkau mengangkatnya, setiap satu debu yang melekat pada tangan maka itulah dzarrah”. Ada yang mengatakan dzarrah adalah : semut merah kecil dan lembut (semut pudak ), dan ada yang mengatakan biji sawi.

Kata خَيْرًا dan شَرًّا ber i`rab nasab karena menjadi tamyiz dan dua kata (يَّرَهٗ ) adalah jawab dari مَنْ, majzum dengan tanda terbuangnya alif.

1 Response

Leave a Reply